YAHUDI

1 Agu 2011

Bismillaah,

Pagi kemarin sebagai balasan atas undangan kami minggu lalu, saya, Umm Tarik dan Umm Ibrahim a tiba-tiba mendapatkan undangan dari Umm Usamah, tetangga depan yang punya segudang kisah menarik yang ia bawa dari tanah kelahirannya, Palestina. Di antara 4 kepala rumah tangga, 2 lahir di tanah Palestina yang menghuni gedung apartemen berlantai 3 dengan 5 unit apartemen ini, baru bersama Umm Usamah, usia lewat 60 tahun, saya pernah meluangkan waktu duduk bersama. Mendengarkan kisah-kisah dari tanah Palestina langsung dari bibir orang yang pernah mengalami sendiri betapa jauh perbedaan Palestina sebelum dan sesudah pendudukan Israel.

Saya pun bersiap-siap memenuhi undangan beliau.


Umm Usamah adalah pribadi yang sangat unik. Layaknya perempuan-perempuan Arab lain, beliau berkepribadian sangat kuat. Duduk di rumah yang beliau tinggali bersama 1 dari 3 anak beliau (2 laki-laki, 1 perempuan) serasa duduk di sebuah ruang tamu kamar kelas super deluxe suatu hotel. Meskipun mungil, ruang tamu beliau tertata sangat rapi dengan sofa-sofa besar, nuansa warna lembut, banyak pernak pernik hiasan di sana sini dan yang paling menonjol dari seluruh sudut rumah beliau adalah : bebas debu. Perempuan-perempuan Arab daerah Palestina dan sekitarnya, khususnya Syria, dikenal sangat apik menata rumah.

Sambil menikmati secangkir kopi Saudi, Umm Usamah menjamu kami dengan untaian-untaian kisah tanah Palestina.

Palestina sebelum pendudukan Israel adalah tanah yang sangat indah. Mengenang masa kecil dimana kebun-kebun pertanian ditumbuhi berbagai tanaman kebutuhan sehari-hari dimana buah dan sayur tumbuh subur, Umm Usama menggambarkan betapa tinggi kualitas sayur mayur di tanah kelahirannya dengan :

"Jika kita makan sebuah mentimun yang kami petik langsung dari kebunnya, lalu menggigitnya, kalian akan bisa mencium segarnya mentimun itu dari jarak sekian dan sekian."

Sungguh penggambaran yang sangat indah, menggoda dan mengesankan betapa kuat rasa cinta perempuan sepuh ini pada tanah kelahirannya.

"Saya menikah di usia 17 dengan calon suami saya yang ketika itu berusia hampir 40 tahun. Prosesi pernikahan kami sangat sederhana. Kami menikah di kampung kami, dikelilingi kebun milik keluarga. Di tahun yang sama tak lama setelah kami menikah, Israel datang dengan buldozer mereka. Membalikkan seluruh tanah perkebunan kami. Membuatnya seolah tanah kami adalah tanah tandus tak berpenghuni. Beberapa bulan kemudian mereka menanami kembali tanah kami. Karena tanah kami tanah yang subur, tentu saja setiap yang mereka tanam dengan mudah tumbuh menghijau."

"Di kampung kelahiran saya, yang kami dengar adalah : Palestina tanah tandus tak berpenghuni, kami (bangsa Israel-lah) yang menghijaukan tanah primitif itu. Setelah saya mengenal suami saya, kami beru tahu bahwa itu kebohongan besar belaka" Sambung Umm Tarik.

"Kami bangsa Palestina tahu betul, Israel meracuni tanah kami, air kami, ikan kami agar bangsa kami mandul. Tapi Allah sebaik-baik perencana bagi hambaNYA. Upaya mereka tak pernah berhasil. Anak perempuan saya masih tinggal di Palestina dan terus memberikan lebih banyak cucu untuk kami didik patuh pada Allah. Begitu juga perempuan-perempuan Palestina lainnya." kata Umm Usama.

"Sahih. Tahun lalu, 1500 anak meninggal di Palestina. Tetapi di tahun yang sama, 3000 bayi dilahirkan." Lanjut Umm Ibrahim, perempuan muda yang juga kelahiran Gaza.

"Apapun makar musuh-musuh Islam, selama umat Islam masih bertauhid, Allah tidak akan meninggalkan kita. Jadi tak perlu pusingkan diri kita dengan kekhawatiran, ketakutan dan kemarahan. Cukup perbaiki ketauhidan kalian. CUKUP ALLAH BAGI KITA." Umm Usama menutup kisah-kisah panjangnya.

Setelah lebih dari 2 jam mendengarkan, saya pulang dengan semangat baru memperkuat keyakinan saya akan cara paling jitu menghadapi berbagai kekhawatiran dan kemarahan terhadap kaum yang satu itu.

TAUHID.





-inspiring story from my beloved sister Umm Hamzah-

4 komentar:

ummuahmad mengatakan...

dek, tokoh "aku" disitu siapa?
ceritanya mengharukan, tapi memberi semangat.
kesimpulanku: apapun masalah kita, kesulitan kita, tauhid jalan keluarnya...

si kecil mengatakan...

"aku" di situ ummahaat bernama ummu hamzah mba, beliau dokter dari Indonesia yg tinggal di Dammam & menikah dengan pria saudi.
iya mba, masyaalloh cerita2 beliau memang banyak memberi inspirasi, ini hanya salah satu cerita saja ^^

Tuwaga Family mengatakan...

mbak, mau lagi dong inspirasinya, biar bikin semangat, dan gak "terjerembab" sama motivator yang duniawi

si kecil mengatakan...

@The story of cake on dish: insyaalloh lain waktu saya tulis lagi kisah lainnya ya..

Posting Komentar